Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 25; Matius 25; 2 Tawarikh 27-28
Kita meradang, mengamuk, ingin memberontak, dan keluar dari keadaan-keadaan yang begitu menyesakkan. Pimpinan dengan seenaknya membuat kebijakan yang tidak masuk akal. Rekan kerja menusuk dari belakang. Pacar kita tiba-tiba meninggalkan kita, padahal tanggal pernikahan telah ditetapkan.
Pada saat-saat seperti itu, semua hal indah yang Alkitab katakan terasa jauh di awan. Ada ketakutan bahwa yang namanya kasih, pengharapan, dan sukacita itu omong kosong belaka. Sulit untuk bisa bertahan dengan "waras" di situasi yang seperti itu. Tuhan seperti menghilang dari pandangan.
Dalam renungan klasiknya "My Utmost for His Highest", Oswald Chambers menguatkan. Ia mengatakan "Jika kita mengalami kekecewaan dari harapan-harapan kita pada saat ini, itu berarti harapan-harapan tersebut sedang dimurnikan. Setiap harapan atau mimpi yang bisa terpikirkan oleh pikiran manusia akan tergenapi jika Tuhan menganggap hal itu baik di mataNya. Tetapi memang, salah satu hal terberat yang harus dihadapi adalah menunggu terwujudnya harapan itu."
Menunggu bukan berarti berdiam pasif. Menunggu berarti bekerja dengan keyakinan bahwa kehendak Tuhan yang terbaik atas hidup kita pasti dinyatakan. Pada saat-saat seperti itu, kita mungkin akan mendengar Dia berkata, "Tenanglah anakKu, pada waktunya engkau akan melihat bahwa hadiah terbesar dalam hidupmu adalah mengenalKu. Dan mungkin seringkali jawaban-jawabanKu tampak sangat terlambat. Tapi jawaban terbaikKu akan tetap sama, "Tunggulah dahulu!"
Bertahanlah dalam harapan Anda kepadaNya.